Pada sesi kedua kualifikasi, Alonso gagal. Mobilnya menabrak dinding pembatas. Selesai. Tamat. Ia tak punya harapan lagi untuk memperbaiki peringkat. Ia tampak kecewa, geram, kesal, marah. Bahasa tubuhnya memberi tahu kita bahwa ia penuh amarah. Alhasil, ia hanya menduduki ranking paling ekor, nomor 15 untuk urusan urutan start pada keesokan harinya. Itu pertanda, dibutuhkan keajaiban untuk mencapai finish pada urutan nomor 1.
Pada harinya, perlahan namun pasti, keajaiban mulai menampakkan wajahnya. Kemustahilan menyusup pergi. Dan, pada akhirnya, ia mengubah zero menjadi hero. Membalikkan segalanya. Mengubah sosok looser menjadi winner. Sampai garis akhir, sampai garis sejarah.
Drama apakah ini? Setiap kita punya kisah untuk dituturkan. Ya, setiap kita…
September 30, 2008 at 4:41 am |
setujuhh…
saya juga orang yang percaya mujizat, percaya banget klo Tuhan berkehendak semua bisa dibalikkan dalam sekejap. from zero to hero…
Setiap kita punya kisah untuk dituturkan. Ya, setiap kita… (malah mbaleni) hihi…
September 30, 2008 at 4:44 am |
liburan ga jalan2 kok…
jalan2 ke dunia maya aja…
murah dan bisa disambi2… disambi masak, nyapu, ngepel, nemenin anak2 maen, nyuci, setrika… malah curhat… hihihi…
September 30, 2008 at 5:02 am |
@carol: wah, sip dong.. Bantuin nyapu, ngepel, setrika dong… Lg jomblo nih 😀
September 30, 2008 at 12:08 pm |
huaaaa…. ampuunnn…