Gerimis pertama hampir jatuh saat saya tiba di Pasar Patuk. Saya menghampirinya dari arah Selatan melalui Jalan Bhayangkara, dan berhenti di bibir Jalan Beskalan. Marak lalu lalang orang-orang di bawah langit mendung kota Yogyakarta segera menghiasi pelupuk mata saya.
Menyandang nama “Patuk”—kerap juga ditulis “Pathuk” dan sesekali “Patok”—pasar rakyat ini di masa kini memang kalah populer bila dibandingkan dengan ketenaran penganan khas buah tangan bernama Bakpia Patuk. Mungkin karena Pasar Patuk adalah pasar dalam arti sesungguhnya, tempat para pedagang berjualan kebutuhan “dapur” sesehari, bukan destinasi wisata/turis. | Selengkapnya
December 18, 2014 at 11:23 am |
Jdi pngn ke jogja…