Jika ada pelabuhan terluas di dunia, itu adalah dadamu. Tempat aku melabuhkan segala penat. Ribuan beban berat dalam belasan tahun perjalanan hidup, pernah kurehatkan di sini. Dadamu selalu lapang, tempat aku berlari dan mendapatkan dekapan paling hangat.
Angin mendesir, anak-anak rambutmu bermain nakal di seputar bibir saat kau mengucapkan kalimat-kalimat itu. Taman kota terasa teduh. Kanvas jingga di langit kian menghangatkan dada, mengekalkan senja terpanjang dalam hidupku. Kau rebahkan kepala di pangkuanku, jemarimu yang lentik mengusap lembut dadaku. Dan untuk kesekian kalinya aku pun hanyut, tenggelam di lautan bening matamu.
“Saudara Andra Prasetya, apakah saudara mengakui di hadapan Tuhan Yesus dan Jemaat-Nya bahwa saudara bersedia dan mau menerima Saudari Gabriella Kinanti sebagai istri satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara?”
Suara itu menggetarkan dadaku. Kusaputkan pandangan ke wajah semringah Ella. Ada senyum bahagia terlukis dari balik cadar pengantin di sana. Untuk sesaat, mataku terasa hangat. Dengan kekuatan penuh, kutahan air bening agar tak mengalir dari pelupuk.
“Ya, saya bersedia…” ucap Andra. Dan aku pun beringsut dari duduk, meninggalkan gereja dengan gemuruh paling riuh di dada. Kulambaikan tangan dan masuk ke dalam taksi. “Bandara…” ucapku hampir tak terdengar. #FlashFiction
Tags: ceritamini, flashfiction, nulisrandom, NulisRandom2015
Leave a Reply