Jika Anda ingin menarik garis horisontal untuk membelah dua kota Yogyakarta, maka jalan terlurus yang harus Anda jalani adalah menempuh Jalan Kusumanegara yang berada di sebelah Timur, lalu bergerak ke arah Barat melewati Jalan Sultan Agung, hingga tiba di ujung, yaitu jalan menuju Wates.
Melalui “irisan” ini dengan jeli Anda akan menjumpai perbedaan karakteristik antara Yogyakarta bagian utara yang biasanya berujung tatap mata pada pemandangan Gunung Merapi dan Yogyakarta bagian selatan yang adalah “titik awal” Anda hendak menuju pantai Parangtritis dan atau pantai-pantai lainnya.
Tidak banyak wisatawan yang menyadari hal ini, karenanya selalu ada banyak alasan bagi Anda untuk kembali dan kembali ke kota yang ngangeni ini. Setelah Anda menjelajah seluruh potensi “jalan-jalan” di Yogyakarta, barulah Anda akan dibuat sadar bahwa pusat keramaian dan perkembangan modernitas kota Yogyakarta ada di belahan utara. Gemerlap cahaya dan kepadatan ruang kota ada di sini. Sementara di belahan selatan, denyut kehidupan terasa lebih teduh dan tak tergesa. Jika Anda ingin menikmati Yogyakarta yang lebih khas, bersahabat, “ndeso“, maka di sinilah tempat yang paling pas untuk merehatkan hati, pikiran, dan tubuh.
Harus diakui bahwa tidak seperti di sisi utara, di wilayah ini tidak banyak hotel dengan standar bintang 4. Salah satu hotel yang baru saja saya kenal secara tidak sengaja adalah Gallery Prawirotaman Hotel. Dengan lahan parkir yang termasuk luas di kawasan ini, saya terpesona saat pertama kali menginjakkan kaki di sini untuk menemui kawan dari Jakarta. Kesan modern, bersinar, rapi, bersih, dan ramah sudah tampak sejak awal kehadiran saya. Sejak memasuki lobi, dalam jangkau pandang mata, kita sudah bisa melihat bagian terbuka di belakang yang menggoda dengan kolom renang yang temaram oleh cahaya romantis.
“Kok tahu ada hotel ini sih?” tanya saya kepada kawan itu.
“Direkomendasi travel,” jawabnya dengan wajah agak heran menatap saya. “Enggak salah pilih, kan?”
Saya buru-buru menggelengkan kepala. Saya menyukai kawasan ini, demikian pula turis-turis mancanegara, jelas saya kepadanya. Lalu saya bercerita bahwa di jalan paralel hotel ini, dikenal sebagai “kampung bule”. Sepanjang Jalan Prawirotaman, pada malam hari, kita akan menjumpai suasana mirip di Bali. Hotel-hotel kecil dan sedang, serta kafe-kafe di teras, menjadi tempat favorit tinggal dan nongkrong turis asing. Belum lama berselang, di jalan ini dilangsungkan festival kuliner yang meriah.
Suasana dan kondisi ini menjalar ke Jalan Parangtritis yang melintang dengan beberapa jalan lain, sangat disukai turis asing maupun domestik. Apabila malam tiba, suasana di kawasan ini amat menyenangkan. Sepotong kecil Bali hadir di sini. Paling menyenangkan tentu saja bila Anda menyempatkan berjalan kaki untuk menjelajah santap malam. Ada berbagai kafe atau restoran yang menawarkan menu “luar” maupun lokal. Salah satu tempat yang selalu menjadi favorit adalah Warung Bu Ageng milik keluarga Butet Kertaradjasa di Jalan Tirtodipuran. Masih di jalan ini, ada kafe tertentu dengan galeri yang kerap menjadi ajang kegiatan seni.
Jika destinasi utama Anda adalah pantai-pantai di kawasan selatan, maka di sinilah titik keberangkatan yang terdekat. Demikian pula bila Anda hendak menuju “kampung” gerabah Kasongan, atau mengarahkan langkah wisata ke Kraton dan kawasan Malioboro. Dari sini, akan mudah dijangkau.
Gallery Prawirotaman Hotel sendiri adalah hotel yang baru hadir sekitar setahun belakangan ini. Untuk memenuhi kepuasan dalam memilih tipe kamar, Gallery hotel hadir dengan standar Superior (20), Deluxe (71), dan Suite (3). Total 94 kamar, masing-masing dilengkapi balkon privat, Anda bisa memilih view ke utara tempat Gunung Merapi berada atau ke kolam renang. Oya, ukuran kamar di sini agak besar dari standar umumnya, dan dilengkapi TV satelit serta Wifi.
Saat diajak showing, saya mendapati banyak fasilitas yang tak disangka-sangka. Di area kolam renang misalnya, selain kamar yang sangat dekat, juga menjadi sasaran pandang dari restoran. Tampak sangat asri dan teduh karena kehadiran banyak tanaman yang menyejukkan mata.
Selain empat fasilitas ruang pertemuan, juga tersedia fitnes center dan spa. Sementara itu, di lantai atas yang dikonsepkan sebagai Sky Lounge, kerap diisi berbagai even seperti pameran lukisan yang sedang berlangsung saat ini.
Meskipun usia hotel ini masih terhitung sangat muda, banyak kinerja positif yang sudah diukirnya. Misalnya saja penghargaan dari TripAdvisor dan partisipasi nonformal seperti dalam lomba kuliner yang berhasil dimenangkan oleh chef hotel ini.
Saat menjelajah website Gallery Prawirotaman Hotel, saya mendapat gambaran lebih detail mengenai hotel ini. Tak kalah gesit dengan perkembangan media sosial, manajemen hotel ini menyadari pentingnya kehadiran mereka untuk membuka akses dan mendekatkan diri dengan siapa saja. Anda bisa dengan mudah menyapanya melalui media sosial utama seperti Facebook, Instagram, Twitter, G+ atau Youtube.
Saat berada di area kolam renang dan menikmati sejuknya pemandangan yang tersaji di mata, saya sempat menggumumkan andai, “Ah, andai saja saya bukan orang Yogya dan ingin berlibur ke Yogya, saya akan segera menggoda keluarga untuk menikmati romansa di sini.” {}
Tags: Gallery Prawirotaman Hotel, Hotel Yogyakarta, Prawirotaman, Yogyakarta
June 21, 2015 at 3:52 pm |
like
June 21, 2015 at 4:41 pm |
terima kasih..
June 25, 2015 at 1:21 am
sama-sama