Hari ini PT Pegadaian telah bersalin rupa menjadi mitra bagi kalangan luas. Dengan wajah baru hasil transformasi bertahap yang sukses, Pegadaian bahkan menempat diri sebagai sahabat yang siap membantu siapa saja mengembangkan diri dan usahanya dengan tagline yang kian diamini eksistensinya, “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Dengan layanan dasar Gadai Emas yang dikenal luas dan melekat dalam benak “konsumen” sebagai Pegadaian Emas, PT Pegadaian telah membubung tinggi dalam kinerja dan produk layanan dalam lingkup Pembiayaan, Emas, dan Aneka Jasa.
Transformasi ini pastilah bukan tugas mudah dan pekerjaan sekejab mata. Citra negatif pada sebuah korporat kerap kali menjadi hal yang lazim sehingga tidak lagi dianggap “aib” yang luar biasa. Namun sebaliknya, keberhasilan membalikkan situasi adalah sebuah prestasi menakjubkan dan lahir dari kinerja yang selalu manis untuk dikenang serta melahirkan dampak positif dalam manifestasi kegairahan untuk terus mengukir sukses. Lewat penapakan di jalan yang tepat meski “beronak duri” dan bahkan sangat menguras energi, Pegadaian telah menorehkan sejarah dalam menjejakkan langkah-langkah jitu.

Interior modern dan layanan prima, itulah profil Pegadaian hari ini
Mengemban tugas mulia di eranya, Pegadaian didirikan dengan konsep yang tampak “sederhana” saja, yaitu untuk (1) mencegah ijon, rentenir, dan pinjaman tidak wajar lainnya, yang sangat merugikan masyarakat, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil, agar meraih penghidupan yang layak, dan (3) mendukung program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, yang hendak membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat.

Perjalanan Badan Hukum Pegadaian (Sumber: www.pegadaian.co.id)
Infografik “perjalanan hidup” Pegadaian di atas merentangkan jalan perjuangan yang panjang. Ketika memasuki masa kemerdekaan, Pegadaian tak luput dari upaya mengimbangi pergerakan zaman dalam hal menyesuaikan badan hukum yang memayunginya. Warisan “Jawatan” pada 1969 kemudian diubah menjadi “Perjan” (Perusahaan Jawatan), lalu berlanjut menjadi “Perum” (Perusahaan Umum), sebelum pada akhirnya menemukan format berbadan hukum “Persero“.
Dari apa yang terinformasikan, kita harus mengakui bahwa kisah eksistensi Pegadaian bukanlah kisah sederhana dengan langit yang biru cerlang. Ketika dunia bergerak kian modern dan dunia perbankan berkibar canggih, tidaklah berlebihan bila kita menyebut Pegadaian di era lama tak bisa luput dari serangan perasaan “inferiority complex” (“minder”). Citra negatif yang melekat dalam rentang tahun yang panjang, dengan mudah dihadirkan menjadi bahan perbincangan yang cukup memerahkan kuping dan membuat wajah panas.
Itulah keping pergulatan citra masa lalu yang sempat menghiasi benak dan saya ungkapkan dengan tanpa pretensi. Bapak Yudi yang menempati posisi terdepan di kantor Pegadaian Jalan Diponegoro, Yogyakarta, membenarkan hal ini. Beliau mengungkap secara terbuka dan jujur, “dahulu, ke pegadaian itu sering kali dipandang sebagai sebuah aib oleh masyarakat tertentu. Tapi kini terjadi sebaliknya. Jangan terkejut bila suatu waktu Bapak mendengar cerita bahwa seseorang yang ke Pegadaian itu dicitrakan sebagai orang yang cukup terpandang karena menganggap bahwa hanya orang yang memiliki asetlah yang bisa menjadi nasabah Pegadaian.”

Berbagai penghargaan yang berhasil diraih oleh PT Pegadaian (Sumber: www.pegadaian.co.id)
Citra positif ini kian lengkap bila kita menyimak lebih jauh fakta bahwa Pegadaian pun telah memegang peranan penting dalam bekerja sama mengembangkan usaha mikro. Alih-alih dilingkupi praduga negatif, melalui dana yang mudah diakses, modal kerja pun dapat diraih oleh siapa saja yang gigih dan berkomitmen untuk mengembangkan usahanya. Dengan begitu semakin nyata Pegadaian berhasil memenuhi tugas mulianya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil dan mendukung program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. Jadi, bukan hanya Gadai Emas atau dikenal sekadar sebagai Pegadaian Emas, lebih dari itu Pegadaian telah meraih performa prima.
Membangkitkan potensi dan jiwa kewirausahaan serta mendukung kemandirian finansial seseorang bukankah ide yang terbang di atas awan. Secara sengaja, Pegadaian menghadirkan media pembelajaran bernama Sahabat Pegadaian. Di laman web ini kita dapat belajar mandiri mengenai keuangan, investasi, kewirausahaan, pengetahuan mengenai manajemen emas, serta dorongan semangat melalui sajian kisah-kisah inspiratif.

Surat Bukti Kredit
Kemudahan mengakses sumber dana oleh siapa pun yang berada dalam situasi genting dan terdesak oleh kebutuhan, bukanlah isapan jempol. Dengan berbekal kartu identitas, persoalan kita dalam terselesaikan dalam target waktu hanya 15 menit.
Kebenaran ini telah saya buktikan dan dapat diceritakan sebagai kisah nyata. Saat memasuki lobi yang modern dan mirip sebuah bank serta menghampiri konter, saya dilayani dengan ramah oleh Bapak Yudi.
“Bagaimana cara gadai emas, Pak?” tanya saya.
Bapak Yudi menjawab pertanyaan saya dengan menggali informasi apakah saya pernah melakukan aktivitas gadai di Pegadaian. Ketika saya menggelengkan kepala, beliau sigap melanjutkan, “Bawa KTP atau kartu identitas lainnya?” Kembali saya menggeleng. Dengan lugas Bapak Yudi mempersilakan saya mengisi formulir yang tersedia.

Surat Bukti Kredit dan buku Tabungan Emas
Serangkaian informasi bernas saya peroleh dari Bapak Dani yang memproses formulir saya. Beliau menerangkan dari mana datangnya angka-angka rupiah yang akan saya terima. “Berdasarkan standar harga untuk emas 24 gram, dikalikan 2 untuk emas Bapak yang dua gram, diperoleh angka yang kemudian dikalikan 92%. Pada nilai ini berlaku pembulatan ke bawah, dan dikenai pemotongan sebesar Rp8.000.”
Saya mengangguk dan mencermatinya. Ketika menanyakan mengenai besaran bunga yang dikenakan, Bapak Yudi segera meminta rekannya untuk mencetak di selembar kertas yang saya baca bertajuk PERHITUNGAN SEWA MODAL GOL B1. Saya membaca tabel detail dan angka-angka yang tertera. Kemudian tanpa saya sadari, seorang pria telah berdiri di hadapan saya dan memberikan penjelasan mengenai asal-muasal angka-angka itu. Di akhir perbincangan yang seru, saya penasaran dan menanyakan siapakah beliau.

Keterangan dari Bapak Eko Danarto
“Saya Eko Danarto,” ujarnya sambil memperlihatkan name tag. “Saya Kepala Pegadaian di sini.”
Saya terkejut dan merasa terhormat mendapat pelayanan ini. Meskipun hanya percakapan ringan, kejadian ini sudah membenamkan kesan positif di benak saya. Apalagi saat hendak pamit saya menengok angka jam di HP. Saya mendapati, proses penyerahan barang dan hingga selesainya dokumen dan penerimaan uang, tak lebih dari 15 menit. Wow!

Saya dilayani dengan baik oleh Bapak Yudi
Pengalaman yang sama saya peroleh juga saat mengikuti even sosialisasi produk Tabungan Emas. Di konter pameran, pembukaan rekening tabungan emas ini hanya berlangsung dalam hitungan menit. Meskipun dalam bentuk dokumen dan harus mengambil buku tabungan di kantor Pegadaian yang saya kehendaki, setidaknya segala urusan sudah selesai.

Tampak depan kantor Pegadaian Jalan Diponegoro (Yogyakarta) bersebelahan dengan Hotel Pesona, milik Pegadaian
Saat keluar dan mendekati area parkir, saya disambut senyum Bapak Sekuriti. Nah, kesempatan nih! Saya lalu bertanya, “Sebelah ini akan dibangun hotel milik Pegadaian ya, Pak?” Beliau mengangguk. “Ya, Pak. Di Yogyakarta akan ada dua.”
“Nama hotel ini apa, Pak?”
“Hotel Pesona, Pak,” jawabnya dengan nada bangga. Saya pun dibuatnya termanggut-manggut.
Tanpa perlu banyak mengumbar kata dan promosi membubung muluk, melainkan melalui inovasi tiada henti dan bukti nyata kinerja serta profil pengembangan usaha yang kasat mata, kita akan tahu bahwa Pegadaian telah berjalan jauh dalam membalikkan citra negatifnya. Bukti nyata berbicara lebih meyakinkan daripada berjuta ucapan yang dihamburkan sia-sia.
Tags: Gadai Emas, Pegadaian, Pegadaian Emas, Sahabat Pegadaian
Leave a Reply